Makalah ini disusun Oleh Pischa Febrina. Mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
A. Teori Inflasi Konvensional
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi
kenaikan harga, secara umum, dan berlangsung secara terus-menerus[1].
Secara umum, ada tiga komponen dalam inflasi,
yaitu [2]:
ü Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Misalnya, pada musim
panceklik harga beras bisa mencapai Rp 3.000,- per kilogram. Sebab harga gabah
telah naik. Tetapi, di musim panen, harganya dapat lebih murah, karena harga
gabah juga biasanya lebih murah. Dengan
demikian, dapat dikatakan pada musim panceklik selalu terjadi kenaikan harga
beras.
ü Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat
dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara
umum naik. Misalnya, setiap pemerintah
menaikkan harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM
merupakan komoditas strategis, maka kenaikan harga BBM akan merambat kepada
kenaikan harga komoditas yang lain.
ü Berlangsung terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga
belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang
waktu minimal bulanan.
B.
Sebab-Sebab
Inflasi[3]
1.
Demand
Pull Inflation
Demand Pull
Inflation adalah inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan
permintaan agregat. Tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, dan disertai inflasi, dilihat dari
makin tingginya tingkat harga umum.
2.
Cost
push Inflation
Cost
Push Inflation terjadi karena kenaikan biaya produksi,
biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang. Naiknya biaya produksi
disebabkan naiknya harga input pokok.
Misalnya kenaikan upah dan kenaikan BBM.
C.
Macam-Macam
Inflasi
ü Menurut
asalnya terdiri dari[4]
:
· Domestic Inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang
bersangkutan tanpa adanya pengaruh dari luar negeri. Misalnya sebagai akibat
terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru.
· Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri
sebagai akibat naiknya harga barang impor. Misalnya akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi, atau adanya kenaikan tarif impor barang.
· Moderat Inflation
Kenaikan tingkat harga yang lambat karena
orang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam
bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
· Galloping Inflation
Terjadi
pada tingkat 20% sampai 200% per tahun. Dalam hal ini, orang hanya mau memegang
uang seperlunya, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil,
seperti barang-barang, rumah, dan tanah. Sehingga, pasar uang akan mengalami
penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara dari tingkat bunga
yang cukup tinggi.
· Hyper Inflation
Terjadi
pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per
tahun. Tidak ada pemerintahan yang dapat menghadapi inflasi jenis ini, karena
inflasi jenis ini disebut “inflasi mematikan”.
D.
Dampak
Inflasi[6]
1.
Inflasi dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi;
2.
Inflasi
dapat mengakibatkan redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat;
3.
Inflasi
dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan kerja dalam masyarakat.
E.
Cara
menanggulangi Inflasi
Inflasi yang terus
menerus, apalagi yang cukup tinggi harus diatasi dengan mengambil
kebijakan-kebijakan sebagai berikut[7]:
1.
Kebijakan
Moneter
Biasanya
Bank Indonesia
slaku bank sentral akan mengambil kebijakan berupa:
a. Politik
diskonto yaitu terhadap bank umum, Bank Indonesia memerintahkan agar
mengurangi dan mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara
menaikkan bunga pinjaman, sehingga uang yang beredar akan menurun.
b. Politik
pasar terbuka bank sentral akan menjual surat
berharga (seperti obligasi) ke pasar modal. Apabila surat berharga ini terjual, maka uang
masyarakat akan tersedot ke Bank Sentral, uang beredar akan berkurang.
c. Meningkatkan
cash ratio, dengan naiknya cash ratio berarti kemampuan bank untuk
menciptakan kredit akan menurun, dan akibatnya uang yang beredar akan menurun.
2.
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan
kebijakan moneter. Ada tiga
cara yang dilakukan sebagai berikut:
a. Mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
b. Menaikkan
tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan tentu uang yang dapat dibelanjakan oleh
masyarakat semakin berkurang, sehingga harga akan menurun.
c. Mengadakan
pinjaman pemerintah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara otomatis tanpa
kompromi terlebih dahulu misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar.
3.
Kebijakan
Non Moneter
Cara ini bisa ditempuh dengan tiga cara, yaitu:
a.
Menaikkan
hasil produksi, sekalipun jumlah uang beredar bertambah.
b.
Kebijaksanaan
upah. Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk tidak menuntut
kenaikan upah selagi masih terjadi inflasi tanpa dibarengi dengan peningkatan
produksi.
c.
Pengawasan
harga, agar harga barang tidak terlalu naik, pemerintah dapat melakukan
pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Langkah lain untuk mengatasi
inflasi adalah dengan melakukan sanering
yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah.
F.
Teori
Inflasi Islam
1.
Menimbulkan
gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari
pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
2.
Melemahkan
semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
3. Meningkatkan
kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang
mewah.
4. Mengarahkan
investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu penumpukkan kekayaan seperti :
tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi
kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, transportasi,
dan lainnya.
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi
(1364 M – 1441 M), menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :
1. Natural
Inflation
Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab
alamiah, di mana orang tidak mempunyai kendali. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa
inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif
(AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).
Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan :
dimana : M = jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P
= tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa
Y = tingkat pendapatan nasional
(GDP)
maka Natural Inflation dapat diartikan
sebagai :
a.
Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya
T↓ sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P↑. Maksudnya, jika barang dan
jasa yang dihasilkan sedikit tetapi uang yang ada di masyarakat banyak, maka
untuk memperoleh barang dan jasa tersebut masyarakat harus membayar dengan
harga lebih karena keterbatasan barang dan jasa tersebut.
b.
Naiknya
daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada
nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↓
sehingga jika V dan T tetap maka P↑.
lebih
jauh, jika dianalisis dengan persamaan :
dimana : Y =
pendapatan nasional
C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net export
maka :
Natural inflation akan
dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Akibat
uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X↑) sedangkan
impor (M↓) sehingga net export
nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD↑)
Contoh :
Pada
masa khalifah Umar ibn Khattab, kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar
negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit nilainya daripada
nilai barang-barang yang mereka jual, sehingga mereka mendapat keuntungan.
Keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut dibawa masuk ke Madinah sehingga
pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik (AD↑). Naiknya Permintaan Agregat
akan membuat kurva AD bergeser ke kanan dan akan mengakibatkan naiknya tingkat
harga secara keseluruhan (P↑). Kemudian, yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab
dalam mengatasi masalah tersebut adalah beliau melarang penduduk Madinah untuk
membeli barang-barang selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya, adalah turunnya
Permintaan Agregat (AD↓) dan tingkat harga menjadi normal.
b. Akibat
dari turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya panceklik, perang,
ataupun embargo.
Contoh
:
Pada saat pemerintahan Umar ibn Khattab
pernah terjadi masa panceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, diibaratkan
pada gravik sebagai kurva AS yang bergeser ke kiri (AS↓) yang mengakibatkan
naiknya harga-harga (P↑). Yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab dalam mengatasi
permasalahn ini, beliau melakukan impor gandum dari Mesir, sehingga Penawaran
Agregat (AS) barang di pasar kembali naik (AS↑) yang kemudian berdampak pada
penurunan harga-harga (P↓).
2. Human
Error Inflation
Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh
kesalahan dari manusia itu sendiri. Human
Error Inflation dapat dikelompokkan menurut
penyebab-penyebabnya sebagai berikut:
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and Bad Administration);
Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT,
maka korupsi akan mengganggu tingkat harga (P↑) karena para produsen akan
menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya yang telah mereka
keluarkan. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak
ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Pada
akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan
masyarakat secara keseluruhan.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat
bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan
kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif (AS↓).
2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax);
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang
berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi
dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif
(AS↓).
3. Pencetakan uang dengan maksud menarik
keuntungan yang berlebihan (Excessive
Seignorage).
Seignorage arti tradisionalnya adalah
keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya di mana
biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Para otoritas moneter di negara-negara Barat umumnya
meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan bagi pemerintah.
Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi
berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan (inflasi). Ibn
al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal
yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual-beli) dan dalam pecahan yang mempunyai
nilai nominal kecil.
G.
Cara
Menghitung Laju Inflasi
Dalam
menghitung laju inflasi, dapat menggunakan tiga metode, yaitu :
a. Indeks
Harga Konsumen
Indeks
Harga Konsumen (IHK) biasanya digunakan untuk mengukur biaya pembelian
sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen.
b. Indeks
Harga Perdagangan Besar
Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB) biasanya digunakan untuk mengukur biaya yang
dibeli oleh produsen, meliputi bahan mentah dan barang setengah jadi.
c. GNP
Deflator
Gross National Product
Deflator adalah rata-rata harga dari seluruh barang tertimbang dengan kuantitas
barang-barang tersebut yang betul-betul dibeli.
[1] Tohari Syarifudin, 1996, Pegangan Ekonomi 2 Untuk SMU Kelas II,
Bandung: CV. Armico, hlm 52.
[2] Pratama Rahardja & Mandala
Manurung, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), Jakarta:
LP-FEUI, hlm 319.
[4] Rusdi Rasjidin, dkk, 1997, Pelajaran Ekonomi Untuk Sekolah Menengah
Umum Kelas 2, Jakarta: Yudhistira, hlm 42.
[5] Adiwarman Karim, 2010, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali
Pers, hlm 137-138.
[6] Rusdi Rasjidin, dkk, op.cit, hlm 40.
[8] Adiwarman Karim, 2010, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali
Pers, hlm 140.
Semoga Allah mengampuni segala khilaf hamba-Nya dan memberikan kesempatan untuk memperbaikinya.
Wallahu'alam bishawab..
bagus mbak ...
BalasHapusmakasih ea ,, moga bisa bermanfaat
minta nope mbak mw konsultasi masalah skripsi ne
BalasHapusmaksih mb, tmbhan buat artikel
BalasHapusalhamdulillah akhirnya selesai juga makalah, silahkan download lengkap Makalah Inflasi dan Inflasi Dalam Ekonomi Islam .. silahkan download lengkap
BalasHapus