Jumat, 13 Januari 2012

INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN KONVENSIONAL



Makalah ini disusun Oleh Pischa Febrina. Mahasiswi Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.


     A.   Teori Inflasi Konvensional
Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga, secara umum, dan berlangsung secara terus-menerus[1].
Secara umum, ada tiga komponen dalam inflasi, yaitu [2]:
ü      Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Misalnya, pada musim panceklik harga beras bisa mencapai Rp 3.000,- per kilogram. Sebab harga gabah telah naik. Tetapi, di musim panen, harganya dapat lebih murah, karena harga gabah juga biasanya lebih murah. Dengan demikian, dapat dikatakan pada musim panceklik selalu terjadi kenaikan harga beras.

ü      Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya, setiap pemerintah menaikkan harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis, maka kenaikan harga BBM akan merambat kepada kenaikan harga komoditas yang lain.

ü      Berlangsung terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan.

   B.     Sebab-Sebab Inflasi[3]
1.      Demand Pull Inflation
Demand Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah, dan disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya tingkat harga umum.

2.      Cost push Inflation
Cost Push Inflation terjadi karena kenaikan biaya produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang. Naiknya biaya produksi disebabkan naiknya harga input pokok. Misalnya kenaikan upah dan kenaikan BBM. 

 
   C.     Macam-Macam Inflasi
ü      Menurut asalnya terdiri dari[4] :
·     Domestic Inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang bersangkutan tanpa adanya pengaruh dari luar negeri. Misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru.
·     Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri sebagai akibat naiknya harga barang impor. Misalnya akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi, atau adanya kenaikan tarif  impor barang.

ü      Menurut tingkat keparahannya terdiri dari[5] :
·     Moderat Inflation
Kenaikan tingkat harga yang lambat karena orang-orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
·     Galloping Inflation
Terjadi pada tingkat 20% sampai 200% per tahun. Dalam hal ini, orang hanya mau memegang uang seperlunya, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil, seperti barang-barang, rumah, dan tanah. Sehingga, pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara dari tingkat bunga yang cukup tinggi.
·     Hyper Inflation
Terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun. Tidak ada pemerintahan yang dapat menghadapi inflasi jenis ini, karena inflasi jenis ini disebut “inflasi mematikan”.

   D.    Dampak Inflasi[6]
1.      Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi;
2.      Inflasi dapat mengakibatkan redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat;
3.      Inflasi dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan kerja dalam masyarakat.

   E.     Cara menanggulangi Inflasi
Inflasi yang terus menerus, apalagi yang cukup tinggi harus diatasi dengan mengambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut[7]:
     1.      Kebijakan Moneter
Biasanya Bank Indonesia slaku bank sentral akan mengambil kebijakan berupa:
a.       Politik diskonto yaitu terhadap bank umum, Bank Indonesia memerintahkan agar mengurangi dan mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara menaikkan bunga pinjaman, sehingga uang yang beredar akan menurun.
b.      Politik pasar terbuka bank sentral akan menjual surat berharga (seperti obligasi) ke pasar modal. Apabila surat berharga ini terjual, maka uang masyarakat akan tersedot ke Bank Sentral, uang beredar akan berkurang.
c.       Meningkatkan cash ratio, dengan naiknya cash ratio berarti kemampuan bank untuk menciptakan kredit akan menurun, dan akibatnya uang yang beredar akan menurun.

    2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter. Ada tiga cara yang dilakukan sebagai berikut: 
a.       Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
b.      Menaikkan tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan tentu uang yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin berkurang, sehingga harga akan menurun.
c.       Mengadakan pinjaman pemerintah. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara otomatis tanpa kompromi terlebih dahulu misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar.
  
  3.   Kebijakan Non Moneter
Cara ini bisa ditempuh dengan tiga cara, yaitu:
a.       Menaikkan hasil produksi, sekalipun jumlah uang beredar bertambah.
b.      Kebijaksanaan upah. Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk tidak menuntut kenaikan upah selagi masih terjadi inflasi tanpa dibarengi dengan peningkatan produksi.
c.       Pengawasan harga, agar harga barang tidak terlalu naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Langkah lain untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan sanering yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah.

   F.      Teori Inflasi Islam
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena[8]:
1.      Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
2.      Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
3.      Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
4.      Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu penumpukkan kekayaan seperti : tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364 M – 1441 M), menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu :

1.   Natural Inflation
Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah, di mana orang tidak mempunyai kendali. Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).

Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan :


dimana :    M = jumlah uang beredar
               V = kecepatan peredaran uang
                             P = tingkat harga
               T = jumlah barang dan jasa
               Y = tingkat pendapatan nasional (GDP)
maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai :
a.       Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T). Misalnya T↓ sedangkan M dan V tetap, maka konsekuensinya P↑. Maksudnya, jika barang dan jasa yang dihasilkan sedikit tetapi uang yang ada di masyarakat banyak, maka untuk memperoleh barang dan jasa tersebut masyarakat harus membayar dengan harga lebih karena keterbatasan barang dan jasa tersebut.
b.      Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↓ sehingga jika V dan T tetap maka P↑.
lebih jauh, jika dianalisis dengan persamaan :
           dimana :      Y   = pendapatan nasional
                              C    = konsumsi
                              I     = investasi
                              G    = pengeluaran pemerintah
                        (X-M)   = net export
maka :
Natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a.       Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X↑) sedangkan impor (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD↑)
Contoh :
Pada masa khalifah Umar ibn Khattab, kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit nilainya daripada nilai barang-barang yang mereka jual, sehingga mereka mendapat keuntungan. Keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik (AD↑). Naiknya Permintaan Agregat akan membuat kurva AD bergeser ke kanan dan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan (P↑). Kemudian, yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab dalam mengatasi masalah tersebut adalah beliau melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya, adalah turunnya Permintaan Agregat (AD↓) dan tingkat harga menjadi normal.

b.      Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya panceklik, perang, ataupun embargo.
Contoh :
Pada saat pemerintahan Umar ibn Khattab pernah terjadi masa panceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, diibaratkan pada gravik sebagai kurva AS yang bergeser ke kiri (AS↓) yang mengakibatkan naiknya harga-harga (P↑). Yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab dalam mengatasi permasalahn ini, beliau melakukan impor gandum dari Mesir, sehingga Penawaran Agregat (AS) barang di pasar kembali naik (AS↑) yang kemudian berdampak pada penurunan harga-harga (P↓).

2.   Human Error Inflation
Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut:
1.      Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and Bad Administration);
Jika kita merunjuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan mengganggu tingkat harga (P↑) karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya yang telah mereka keluarkan. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif (AS↓).

2.      Pajak yang berlebihan (Excessive Tax);
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva Penawaran Agregatif (AS↓).

3.      Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Excessive Seignorage).
Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin yang didapat oleh percetakannya di mana biasanya percetakan tersebut dimiliki oleh pihak penguasa atau kerajaan. Para otoritas moneter di negara-negara Barat umumnya meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan bagi pemerintah.
Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelas-jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan (inflasi). Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual-beli) dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil.
  G.    Cara Menghitung Laju Inflasi
Dalam menghitung laju inflasi, dapat menggunakan tiga metode, yaitu :
     a.      Indeks Harga Konsumen
Indeks Harga Konsumen (IHK) biasanya digunakan untuk mengukur biaya pembelian sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen.

     b.      Indeks Harga Perdagangan Besar
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) biasanya digunakan untuk mengukur biaya yang dibeli oleh produsen, meliputi bahan mentah dan barang setengah jadi.


     c.       GNP Deflator
Gross National Product Deflator adalah rata-rata harga dari seluruh barang tertimbang dengan kuantitas barang-barang tersebut yang betul-betul dibeli.



                                                                                                                                   

[1] Tohari Syarifudin, 1996, Pegangan Ekonomi 2 Untuk SMU Kelas II, Bandung: CV. Armico, hlm 52.
[2] Pratama Rahardja & Mandala Manurung, 2004,  Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi), Jakarta: LP-FEUI, hlm 319.
[3] Ibid, hlm 325-326
[4] Rusdi Rasjidin, dkk, 1997, Pelajaran Ekonomi Untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2, Jakarta: Yudhistira, hlm 42.
[5] Adiwarman Karim, 2010, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 137-138.
[6] Rusdi Rasjidin, dkk, op.cit, hlm 40.
[7] Ibid, hlm 40
[8] Adiwarman Karim, 2010, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 140.



Semoga Allah mengampuni segala khilaf hamba-Nya dan memberikan kesempatan untuk memperbaikinya.
Wallahu'alam bishawab..

4 komentar:

  1. bagus mbak ...
    makasih ea ,, moga bisa bermanfaat

    BalasHapus
  2. minta nope mbak mw konsultasi masalah skripsi ne

    BalasHapus
  3. maksih mb, tmbhan buat artikel

    BalasHapus
  4. alhamdulillah akhirnya selesai juga makalah, silahkan download lengkap Makalah Inflasi dan Inflasi Dalam Ekonomi Islam .. silahkan download lengkap

    BalasHapus